“Pokoknya semuanya harus sudah siap!” Seru Nyokap gue ke
bokap gue sambil naruh kain batik (samping) di bahunya.
“Iya udah ma.” Jawab bokap gue sambil keluar dan ngasih
tau sanak sodara bahwa kita akan berangkat.
“Udah siap kan nak?” tanya nyokap gue yang gue jawab
dengan anggukan. “Gak akan sakit kok, cuman kayak digigit semut.”
Yap pasti kalian tau kata-kata itu. Kata-kata yang bohong
yang bikin semua anak laki-laki manapun akan ngejerit parno ngedengernya.
Gue pun mengangguk dan berjalan mengikuti nyokap ke dalam
mobil yang akan mengantar gue ke altar titit dengan penuh perasaan berguncang.
Hari itu adalah hari dimana gue akan disunat/sudat/POTONG
TITIT biar rapih. Waktu itu gue kelas 5 SD. Ya gue tau, gue udah besar dan
seharusnya sudah mulai bisa mencintai seseorang namun terlahang dengan tampilan
titit gue ini. Mungkin kalian bertanya kenapa gue baru disunat kelas 5 SD? So karna
gue pernah nonton film yang ada adegan seorang anak laki-laki di sunat lalu dia
teriak teriak kayak orang kerasukan maung. Bahkan ada yang sampe lari lari
sambil teriak “Emaakkkk aku belum mau mati!!!” hasilnya gue parno sendiri dan
berniat gak akan mau di sunat sampai kapanpun. FOREVER!.
Namun seiring berjalannya waktu gue sering di bully di
sekolah gara-gara belom disunat. Temen gue banyak yang teriak teriak kayak
yel yel “Galih belom disunattt…. Galih belom disunat..” sambil keliling
sekolahan dan gara gara temen gue itu semua temen cewek gue memandang gue
dengan pandangan jijik. Waktu itu gue berniat bakar temen gue yang teriak
teriak itu, tapi gue urungkan niat gue itu karna gue gak mau masuk penjara di
usia dini.
“Liat si galih ih belom disunat.”
“udah kelas lima belum disunat.”
“jangan deket-deket sama galih, nanti kena najis.”
“Temen-temen… galih belom sucii.”
What the….
Gue cuman bisa diem di pojokan sambil nagis dan teriak. “Kalian
semua tegaa..”
Namun dari perkataan semua temen gue. Gue paling ngeri
sampe kepikiran terus sambil pegang titit gua seharian dengan perkataan adit temen gue sekomplek. Waktu itu dia bilang gini. “Kalau lo gak disunat sekarang
lih,” kata Adit dengan mata berkilat-kilat “nanti udah gede lo bakal disunat
pake golok atau lebih parah lagi pake gergaji mesin!.”
“Bayangin lihh!! Bayangin!! Ihh serem.” Katanya dengan
serius dan bergidik ketakutan.
Dan malemnya gue bilang ke nyokap.
“Mah sunat galih sekarang.”
Yap itu terdengar aneh tapi nyata.
Disitu gue terus memikirkan, gue gak mau titit kesayangan
gue ini nanti malah disunat pake alat yang tidak ber pri ketititan. Kalau dokternya
masih pemula gimana? Kalau ternyata ada kesalahan pas modif titit gua gimana? Paling
parah kalau titit gue POTONG gimana? MAMPUS GUE! Akhir nya gue nagis dipokokan
lagi part 2.
Di perjalanan menuju Klinik Khitanan pikiran gue kacau gak karuan. Gimana kalau… gimana jadinya…
gimana… gimana… saking stressnya gue langsung bilang “Aku dimana? Lalu aku
siapa?”
“Sudah sampe.” Kata nyokap gue.
Tiba-tiba gue pingsan.
Kita sekeluarga turun kecuali sodara cewek gue. Karna dia
bilang “gak tertarik sama titit yang baru di pangkas.” Ya sudah kita tinggalkan
dia.
Kita semua masuk ke tempat dimana bakal jadi sejarah, sejarah
yang akan di catet di buku harian Galih Eka Pratama sebagai Hari Kepergian Bady
(Titit gua).
“Galih tunggu disana yah?” Kata nyokap gue sambil
menunjuk kearah deretan kursi yang sudah banyak diduduki anak anak gagah
berani yang siap untuk mengorbankan teman setia mereka. Yes all boy, I understand
your mind. :(
Gue berjalan dan duduk bersama mereka. Ruangan itu begitu
besar namun terasa sesak. Di bagian kiri terdapat meja repsesionis dan administrasi,
lalu di sebelah kanan terlihat pintu keluar dan banyak orang berkumpul disana. Di
depan gue ada pintu kayu yang sederhana. Iye sederhana tapi itu adalah pintu masuk
menuju penyiksaan titit. Dan di atas pintu itu terdapat televisi lcd yang
menancap didingding. Televisi itu menyiarkan cartoon tom and jerry sedang
pukul-pukulan. Sayangnya gue gak tertarik sama mereka saat ini. Gue memandang
anak-anak lain dan baru sadar gue anak laki-laki yang paling besar disitu. Oh
God this is so very embarrassing.
Gue melirik kearah pintu keluar dan disana gue bisa
ngeliat sodara sodara gue pada ngumpul dan ngobrol gak jelas, mereka nunggu
nyokap gua yang lagi di bagian administrasi. Tiba-tiba dua sodara laki-laki gue
melambai-lambai member signal kearah gue. Gue memperhatikan mereka. Baim sodara
gue yang paling tinggi hanya senyum, namun satu lagi sodara gue Irman
menggerakan tangannya, yang satu seperti menggambarkan gunting dan satu lagi
seperti menggambarkan titit. Dia menggerakannya seakan gunting itu memotong
titit hingga putus. Damn!! Air keringet gue keluar dengan derasnya, lalu gue
teriak seakan bilang “kamfret lu.”
Gue memalingkan muka gue, gak, gak akan putus. Gue punya
titit yang kuat. Harus kuat. Kata gue pada diri sendiri menyemangati. Gue dengan
mantap mengelus-elus titit gue seakan berkata “Bady lo harus kuat, lo harus. Kalau
gak gue yang akan potong lo tit. Catat!!”
10 menit….
15 menit….
20 menit….
Gue nunggu dan lama banget….
Tapi disitu gue hanya bersyukur, bahkan gue berharap
waktu berhenti selamanya biar gue gak disunat. Segala tentantg titit putus dan
yang lainnya menghantui pikiran gue. Dalam hati gue teriak “Siapapun tolong gue
dan titit guee…!!!”
Singkat cerita gue masuk ke ruangan oprasi dan disitu gue
di kagetkan dengan pemandangan anak-anak yang sedang berbaring dengan suntikan
nancap di titit mereka. Dan yang bikin gue tambah parno adalah gak cuman satu
suntikan tapi dua. OH GOD HELP ME!!!!
Suster menggiring gue ke altar dimana gue juga bakal
bernasib sama dengan mereka. Suster itu pergi meninggalkan gue dengan senyuman
biasa, namun entah kenapa gue melihat seperti suster itu ketawa jahanam, gusti
kuatkan gua.
Tak lama setelah dokter itu pergi datanglah satu ekor
dokter sambil membawa benda yang paling gue benci di dunia ini. Tak sampe lima
menit dokter itu memulai sesi penyuntikan.
“Jleb”
Gue merasakan sesuatu yang lancip menusuk masuk kedalam
diri bady. Dan dua kata untuk mendefenisikannya, SAKIT BANGET.
“Jleb-Jleb”
Dan tanpa disangka dokter itu menusukan dua jarum suntik
sekali gus. Mashaallah gusti. DOKTER KEBANGETAN NYUNTIKNYA!!
Disitu gue cuman bisa pasrah lemas seperti kebanyakan
cewek yang kehilangan sesuatu yang penting bagi dirinya. L
Sesi kedua adalah sesi dimana titit gue menjadi tempat
ukir seni pahat namun dengan pisau tajam. Pengen nya gue pingsan saat itu tapi
enggak bisa. Shit!
Selanjutnya suster penyebar senyum palsu itu membawakan
sebuah papan dengan bolong di tengahnya. Gue tau apa itu. Yap papan alas biar
nanti pas mahat titit gue sampahnya gak kemana mana. Dan gue udah pusing
memikirkan apa yang akan terjadi.
Dokter perlahan menaruh dan memasukan si bady ke dalam
celah yang ada di papan itu. Entah kenapa gue melihat apa yang sedang mereka
lakukan membuat gue marah.
“Dok kok susah yah.” Suster itu berbicara pelan.
“teken sus, yang ini kelihatannya lemas.” Sahut dokter
dengan santainya.
Ada kata kata yang ingin gue keluarkan sebenernya. “MENURUT
DOKTER?”
Hampir selama lima menit dokter dan suster itu mengutak
atik si bady temen gue yang paling ganteng itu. Dan anehnya gak kerasa sama
gue. Gak sakit sumpah. Dan situlah gue berfikir kamfret pada film yang gue
tonton. Kalau gue nonton film dengan adegan kemarin, gue bakal bakar noh tipi.
Setelah beres semua di antara anak anak lain yang lebih
kecil dari gue dan sudah beres di sunat, gue berasa telah terlahir kembali di
dunia ini. Gue sudah dewasa. Itu pikiran gue saat itu. Dan ada Sesutu yang
mungkin ingin gue sampeikan “Janganlah pernah takut pada sesuatu yang belum
kalian alami, dan jalanilah apa yang emang seharusnya kita jalani.”
And akhir kata BAY semoga bermanfaat bagi kalian kalian. Meskipun
gue gak tau apa mafaatnya baca cerita gue. Hahaha. See you next time. Salam super.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar